Kamis, 22 Desember 2011

PSIKOANALISIS PERAN WILLY LOMAN BERDASARKAN NASKAH DRAMA “DEATH OF A SALESMAN” Karya: Arthur Miller


PSIKOANALISIS PERAN WILLY LOMAN BERDASARKAN NASKAH DRAMA “DEATH OF A SALESMAN” Karya:  Arthur Miller 
Oleh: Neziala Elsa Raudhina

Pada dasarnya dalam karya sastra, khususnya dalam naskah drama peranan atau  tokoh seseorang selalu dimunculkan dan seolah mempunyai peranan yang penting dalam menjalankan atau membumbui alur cerita. Terutama dalam drama, yang acapkali dimunculkan dan menjadi sorotan ialah tokoh atau pemeran cerita.
Philosopher Yunani, Aristoteles, yang meletakan pondasi untuk study kritiknya pada drama, ia membagi pada beberapa element drama, diantaranya yaitu: “plot, character, thought, language, and spectacle”. Ia menegaskan bahwa yang terpenting di dalam pementasan Drama yaitu interaksi karakter.
Berbagai konflik yang ada di masing-masing diri tokoh tersebut, sebagaimana telah kita ketahui bahwa dalam hal pemeranan (characterization) terdapat peran protagonis dan peran antagonis atau peran utama dan peran sampingan. Hal tersebut selalu menjadi objek utama, yang menjadi sorotan.

Peran utama identik dengan peran protagonist, namun terkadang peran utama memegang peranan yang berbeda dengan kebiasaan pada umumnya. Seperti dalam halnya Willy Loman dalam drama “Death of a salesman”, ia seolah-olah memiliki konflik batin dalam dirinya, sehingga Ia sendiri tidak bisa stabil dalam memanage atau mengendalikan pikirannya.
Karakterisasi tokoh yang di gambarkan tersebut, besar kemungkinan terpengaruhi oleh lingkungan yang membawanya atau asa yang menggebu-gebu dalam dirinya. Sehingga hal tersebut berakibat (berpengaruh) terhadap watak dan cara pikirnya.
Frued dalam aliran psikoanalisis merujuk pada suatu jenis perlakuan dimana orang yang dianalisis mengungkapkan pemikiran secara verbal, termasuk asosiasi bebas, khayalan, dan mimpi, yang menjadi sumber bagi seorang penganalisis merumuskan konflik tidak sadar yang menyebabkan gejala yang dirasakan dan permasalahan karakter pada pasien, kemudian menginterpretasikannya bagi pasien untuk menghasilkan pemahaman diri untuk pemecahan masalahnya.
Intervensi khusus dari seorang penganalisis biasanya mencakup mengkonfrontasikan dan mengklarifikasi mekanisme pertahanan, harapan, dan perasaan bersalah. Melalui analisis konflik, termasuk yang berkontribusi terhadap daya tahan psikis dan yang melibatkan tranferens kedalam reaksi yang menyimpang, perlakuan psikoanalisis dapat mengklarifikasi bagaimana pasien secara tidak sadar menjadi musuh yang paling jahat bagi dirinya sendiri: bagaimana reaksi tidak sadar yang bersifat simbolis dan telah distimulasi oleh pengalaman kemudian menyebabkan timbulnya gejala yang tidak dikehendaki.
“Willy Loman is an old salesman (63 years old) who is no longer able to earn a living. He receives only a small commission as he ages, and he slowly loses his mind and attempts to kill himself by inhaling gas from the water heater or from crashing his Studebaker. His idealism is sustained by an anecdote about a salesman named Dave Single man who, at eighty-four, was still a successful and well-liked salesman that ultimately died "the death of a salesman", with hundreds of clients and fellow salesmen attending his funeral. He spends most of his time dreaming instead of doing anything to improve his life. He is obsessed with the post-war interpretation of the American Dream. In the end he kills himself by crashing his car, hoping to get the life insurance money for his family and trying to prove his worth in money”.

Dari kutipan tersebut dapat kita ketahui bahwa Willy Loman, selama menjalani hidupnya selalu di bayang-bayangi oleh impiannya yang ga jelas. Impiannya begitu besar, sehingga impian tersebut lambat laun malah mencekik dirinya. Dan akhirnya malah menjerumuskan dia untuk mengakhiri hidupnya (membunuh dirinya sendiri).  Hal tersebut jika kita kaitkan dengan teory Frued, yang membicarakan permasalahan bahwa   karakter manusia terkadang berada dalam pemikiran tidak sadar, dan hal tersebut dapat mengakibatkan manusia berada dalam alam mimpi, khayalan, dan ketidaksadarannya, sehingga pantaslah ia akan kehilangan kendali untuk mengontrol dirinya.
Seperti halnya Willy Loman, ia seolah mati pemikirannya karena keinginan yang begitu besar dan terimajinasi oleh hal-hal yang memotivasi dirinya, dan ia seakan-akan tidak pernah puas dengan apa yang di dapatkannya.

. “He is obsessed with the post-war interpretation of the American Dream.
“ Despite this failure, Willy makes the most extreme sacrifice in his attempt to leave an inheritance that will allow Biff to fulfill the American Dream”.

Dalam kutipan di atas, menunjukkan bahwa Wiily Loman diobsesi oleh interpretasi American Dream.
“In An American Dream (1965) Mailer evokes what he believes to be the deepest urgings of American fantasy life: violence, power, wealth, and sex”.
           
Dalam American Dream, lebih menekankan pada kehidupan yang asyik orang Amerika, yaitu diantaranya kehebatan, kekuatan, kekayaan dan tidak ketinggalan sex. Hal ini mungkin memicu pemikiran Willy Loman, karena menurut ia, beberapa aspek itu merupakan kesuksesan dan kesenangan yang begitu ia impikan, ia terlihat begitu terobsesi untuk mendapatkan kesempurnaan, dan ia seolah memahami bahwa kesuksesan itu, tidak hanya di ukur dengan materi akan tetapi dengan perasaan atau kepuasan.
Beda halnya dengan pendapat George Kelly yang memandang bahwa “kepribadian sebagai cara yang unik dari individu dalam mengartikan pengalaman-pengalaman hidupnya”.  Jika berpegang pada teori ini, kita tidak bisa menyalahkan bahwa setiap individu memiliki watak atau kepribadian masing-masing dalam menjalani kehidupannya, yang menjadi permasalahannya adalah bahwa watak yang tidak wajar, seperti halnya Willy Loman adalah obesesinya yang tanpa batas, dan tindakan untuk mengakhiri hidupnya secara tragis.
Namun berbeda dengan pendapat Allport yang menggunakan istilah sistem psikofisik dengan maksud menunjukkan bahwa jiwa dan raga manusia adalah suatu sistem yang terpadu dan tidak dapat dipisahkan satu sama lain, serta diantara keduanya selalu terjadi interaksi dalam mengarahkan tingkah laku. Sedangkan istilah khas dalam batasan kepribadian Allport itu memiliki arti bahwa setiap individu memiliki kepribadiannya sendiri. Tidak ada dua orang yang berkepribadian sama, karena itu tidak ada dua orang yang berperilaku sama.
Dari hal tersebut dapat kita persempit, bahwa  halnya terdapat dua komponen yaitu jiwa dan raga, yang keduanya saling mempengaruhi, mungkin kita dapat menafsirkan dalam diri Willy Loman, Ketika ia memutuskan atau betindak terhadap dirinya untuk menyakiti dirinya (mengakhiri hidupnya) itu bersumber dari perintah jiwa. Ketika jiwanya merasakan sesuatu dengan hentakan yang kencang, maka raganya pun secara tidak sadar digerakan untuk mengambil langkah yang menurut jiwanya untuk melakukan hal tersebut.
Sehingga dapat kita simpulkan bahwa kepribadian seseorang akan selalu dipengaruhi oleh lingkungan sosial, pemikiran, impian, dan juga jiwanya. Sehingga setiap orang kemungkinan besar dapat memiliki kepribadian yang tidak akan sama dengan orang lain.



Referensi
Ratna, Nyoman Kutha. Teori,Metode, dan Teknik Penelitian Sastra. 2009. Pustaka Belajar. Yogyakarta
Microsoft ® Encarta ® 2009. © 1993-2008 Microsoft Corporation. All rights reserved.





Tidak ada komentar:

Posting Komentar